Selasa, 04 Oktober 2016
Amanah Kepemimpinan dalam Islam ..
Oleh: Dudung Abdul Rohman *)
Kehidupan saat ini semakin kompleks. Masalah demi masalah terus datang silih berganti. Permasalahan yang terjadi tidak berdiri sendiri, tapi terkait dengan masalah-masalah lainnya. Misalnya, masalah politik tidak semata-mata urusan politik, tapi berkaitan juga dengan persoalan sosial, ekonomi, dan budaya. Sehingga, ketika berupaya menyelesaikan suatu masalah, maka perlu dilihat dari berbagai aspek dan berorientasi pada pemecahan masalah secara komprehensif.
Di sinilah diperlukan figur dan sosok pemimpin. Kehadiran pemimpin dengan keadilan dan kebijaksanaannya diharapkan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi. Dalam masyarakat tradisional mungkin cukup dengan kharisma dan ketokohan seorang figur pemimpin. Namun, dalam masyarakat modern, pemimpin bukan semata-mata figur, tapi sosok yang dapat membawa perbaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan tuntutan zaman dan dinamika yang terjadi di masyarakat.
Oleh karena itu, kata Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin (2009:7), bahwa kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan azas-azas kepemimpinan modern. Sekaligus, bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan dan masyarakat luas.
Selanjutnya, dijelaskan juga, bahwa untuk menilai keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin suatu organsiasi atau lembaga dapat dilihat dari aspek-aspek: (1) produktivitas dan prestasi yang dicapainya; (2) kepiawaiannya dalam memimpin; (3) kejelian dalam menghadapi segala permasalahan yang ada; (3) memiliki kemampuan memimpin dan kemampuan intelektual; (4) mempunyai kharisma untuk melakukan trasnformasi (perubahan) dalam organisasi dan juga pemikiran individu dan pihak-pihak yang ada dalam organisasi.
Maka, dalam konteks kepemimpinan sekarang, dibutuhkan pemimpin yang memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi. Karena, hal ini, berhubungan dengan kondisi lingkungan pada saat ini yang mengalami krisis multidimensional.
Dalam hal kepemimpinan, misalnya, terjadi krisis komitmen (tanggung jawab), krisis kredibilitas (kepercayaan), dan krisis kehidupan berbangsa dan bermasyarakat dengan banyaknya bermunculan permasalahan dalam kehidupan yang sangat kompleks. Maka dibutuhkan tipe pemimpin yang efektif yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Yakni, mereka yang mampu menciptakan wawasan dan wacana untuk masa depan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang kelompok yang terlihat.
Selain itu, mereka yang mampu mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah tercapainya wawasan tersebut. Mereka yang mampu memperoleh dukungan dari pusat kekuatan dalam hal kerja sama, persetujuan, kerelaan, atau kelompok kerjanya dibutuhkan untuk menghasilkan pergerakan itu; mereka yang mampu memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti yang tindakannya merupakan penentu untuk melaksanakan strategi (Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, 2009:131).
Dalam pandangan Islam kepemimpinan adalah amanah. Maka, pemimpin adalah orang yang mendapatkan amanah untuk mengurus kepentingan rakyat. Bukan orang yang tidak mengurus kepentingan rakyat. Oleh karena itu, kata Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung (2003:120), bahwa dalam pandangan Islam, kepemimpinan itu mengandung dua pengertian. Pertama, Ulil Amri, artinya pemimpin dan pejabat adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Kedua, Khadimul Ummah, pengertiannya seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat. pemimpin harus berusaha dan berupaya sekuat tenaga supaya organisasi yang dipimpinnya maju, pegawainya sejahtera, serta masyarakat dan lingkungan sekitarnya menikmati kehadiran organisasi tersebut.
Selanjutnya, KH. Didin Hafidhuddin (2003:121) menambahkan, bahwa supaya menjadi pemimpin yang sukses dalam menjalankan amanah kepemimpinannya, maka ada empat kriteria pemimpin sukses dalam Islam, yaitu: pertama, seorang pemimpin harus dicintai oleh rakyatnya. Hal ini bisa dianalogikan pada kepemimpinan shalat berjamaah. Apabila imamnya dicintai oleh makmumnya, maka pertanda jamaah yang baik. Shalat berjamaah yang paling baik adalah shalat yang dipimpin oleh imam yang baik, yang fasih bacaannya, dan juga dicintai oleh makmumnya.
Kedua, pemimpin yang mampu menampung aspirasi bawahannya. Artinya, dapat menerima saran dan kritikan dari bawahan atau rakyatnya. Seperti yang ditunjukkan oleh Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra. Sejenak setelah dilantik menjadi Khalifah kaum Muslimin, dia mendapat kritikan dari rakyatnya, bahwa “Apabila engkau wahai Khalifah benar, maka aku akan menaatimu, tetapi kalau engkau menyimpang, maka pedang ini yang akan meluruskannya”. Sayyidina Umar ra. tersenyum dan merasa bangga dengan kritikan rakyatnya.
Ketiga, pemimpin yang suka bermusyawarah. Musyawarah harus dilakukan, terutama dengan orang-orang tertentu, untuk membahas persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan publik atau berkaitan dengan kepentingan umum. Sehingga kebijakan dan keputusan yang diambil tidak keluar dari koridor kebenaran dan keadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat.
Keempat, pemimpin harus tegas. Seorang pemimpin adalah decicion making, artinya pengambil keputusan final. Maka dalam mengambil keputusan harus tegas dan jelas. Tegas di sini bukan berarti otoriter (memaksakan kehendak sendiri), karena tetap berdasarkan mekanisme musyawarah dan pertimbangan yang matang, sehingga menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah yang efektif (tepat sasaran), objektif, serta berpihak pada kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Wallahu A’lam Bish-Shawab.
Lari kepada Allah ..
Oleh: Moch Hisyam
Sebagai Mukmin kita meyakini bahwa Allah itu Maha Kuasa atas diri kita dan meyakini bahwa tidak ada tempat untuk melarikan diri dan menyelamatkan diri kecuali hanya kepada-Nya.
Karenanya, lari kepada Allah merupakan bagian penting yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Sebab, tidaklah logis jika kita lari kepada pihak yang tidak bisa memberikan perlindungan, bergantung kepada pihak yang tidak mempunyai kekuasaan, dan menyerahkan diri kepada pihak yang tidak mempunyai daya dan upaya.
Lari kepada Allah SWT merupakan bentuk kesadaran dan keyakinan diri bahwa kita tidak akan mampu menghadapi gempuran kehidupan dunia yang penuh dengan fitnah ini, dan tidak akan mampu menghadapi serangan setan dan sekutunya, kecuali atas pertolongan dan perlindungan Allah SWT. Itulah yang membuatnya lari kepada Allah SWT.
Di dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan kita untuk bersegera lari kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya, Maka segeralah berlari kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (QS adz-Dzariyat [51]: 50). Banyak hikmah dan mafaat yang dapat diraih bila kita lari kepada Allah SWT. Di antara hikmah dan manfaat yang paling besar adalah mendapat pertolongan dan perlindungan-Nya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman, Barang siapa yang memusuhi kekasih (wali)-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Aku sukai yang dikerjakan hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah amalan yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidak henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah, sehingga Aku mencintainya.
Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar; menjadi matanya yang dengannya ia melihat; menjadi tangannya yang dengannya ia memegang; menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku niscaya Aku mengabulkannya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku niscaya Aku melindunginya. (HR Bukhari).
Hal ini didapatkan oleh orang yang lari kepada Allah SWT, karena orang yang lari kepada-Nya akan melaksanakan berbagai kewajiban dan menyuburkan hal-hal sunah yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan.
Oleh karena itu, manifestasi dari lari kepada Allah SWT diwujudkan dengan melaksanakan dan berpegang teguh kepada Alquran dan sunah. Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunah Rasul-Nya. (HR Malik).
Bertawakal hanya kepada Allah SWT. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS al-Maidah [5]: 23). Selain itu, direalisasikan hanya bermohon dan berdoa kepada-Nya. (Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah). (QS al-An'am [6]: 41).
Untuk itu, mumpung masih ada kesempatan mari kita sesegera mungkin untuk berlari menghadap Allah SWT, menyerahkan seluruh persoalan kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya sebelum kesempatan itu hilang karena ajal telah lebih dahulu datang. Wallahu a'lam bisshawab.
Waspadai Bahaya Ujub ..
Oleh: Muhammad Arifin Ilham
Subhanallah. Sungguh hanya Allah yang Mahasuci. Selain-Nya, pasti berbintik noda, kotor, hitam, pekat, dan legam. Terjerumus pada dosa bahkan terjerembap pada jejaring maksiat halus, seperti merasa dirinya paling saleh, paling dermawan, paling benar jihadnya, paling taat, dan paling bersih.
Tiada godaan terhebat dari seorang yang sukses rezekinya, jabatannya, popularitasnya, ilmunya, dan keturunannya kecuali bangga dan kagum pada dirinya sendiri. Merasa paling hebat, paling pintar, paling benar, paling suci. Dan sungguh, inilah penyakit hati orang sukses termasuk tentu "si penulis" ini. Begini-begitu kan kesannya saja. Padahal aib dan kekurangan seabrek-abrek. Untungnya saja, aib kita semua masih ditutupi Allah. Kalau dibuka, pasti sangat malu dan hina.
"Jangan kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri." (QS al-Qashash:76). "Maka jangan kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) paling mengetahui orang yang bertakwa." (QS an-Najm:32). Rasulullah mengingatkan dengan mengulang sampai tiga kali, "Takutlah kalian pada al-Uzba", yaitu bangga dan kagum pada diri sendiri.
Ketika Rasulullah SAW mengingatkan dengan sabdanya tersebut, di hadapan beliau adalah para sahabat yang mulia. Mereka saleh-saleh dan para penghapal Alquran. Karena itu, dosa ujub boleh jadi jebakan dan jerat halus, tapi mematikan bagi para pelakunya, yang kebanyakan dari kalangan orang-orang hebat. Dosa ujub ini lebih halus dari langkah semut.
Bisa jadi kesannya tawadhu, tetapi di hati ingin dipuji. Sangat marah jika dihina ternyata karena berharap dipuji. Inilah Dho'ful aqli wal-iimaani, tanda lemahnya akal dan iman. Padahal jelas sangat rugi, sudah capek-capek beramal, tapi hancur karena ujub.
Karena itu sahabatku, seringlah duduk di majelis ilmu dan zikir. Saat menengadah dan menatap wajah guru, rontoklah kebanggaan diri. Duduklah bersama fakir miskin, yatim piatu, orang-orang susah, ziarahilah kuburan, perkuat puasa sunah, tadaburkan Alquran, perhebat istighfar, dan selalu harus sempatkan diri secara khusus muhasabah diri selesai shalat malam, "Siapa aku, dari mana, di mana, dan mau ke mana akhirnya aku?"
Sungguh tidak pantas bangga diri kecuali hanya Allah yang Mahasuci dan Terpuji. "Tiga hal yang membinasakan; kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar, dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri." (HR Thabrani).
Sifat ujub membawa akibat buruk dan menjerat kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Di antara dampak dari sifat ujub tersebut adalah membatalkan pahala. Seseorang yang merasa ujub dengan amal kebajikannya, pahalanya akan gugur dan amalannya menguap karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikit pun, kecuali dengan ikhlas karena-Nya.
Allahumma ya Allah, jadikanlah kami hamba-Mu yang Kau ridhai, minal mukhlishiin. Berilah kami rezeki teragung, yaitu sifat ikhlas dan bersihkan hati kami dari riya, sum'ah, ujub, dan semua penyakit hati. Aamiin.
Subhanallah. Sungguh hanya Allah yang Mahasuci. Selain-Nya, pasti berbintik noda, kotor, hitam, pekat, dan legam. Terjerumus pada dosa bahkan terjerembap pada jejaring maksiat halus, seperti merasa dirinya paling saleh, paling dermawan, paling benar jihadnya, paling taat, dan paling bersih.
Tiada godaan terhebat dari seorang yang sukses rezekinya, jabatannya, popularitasnya, ilmunya, dan keturunannya kecuali bangga dan kagum pada dirinya sendiri. Merasa paling hebat, paling pintar, paling benar, paling suci. Dan sungguh, inilah penyakit hati orang sukses termasuk tentu "si penulis" ini. Begini-begitu kan kesannya saja. Padahal aib dan kekurangan seabrek-abrek. Untungnya saja, aib kita semua masih ditutupi Allah. Kalau dibuka, pasti sangat malu dan hina.
"Jangan kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri." (QS al-Qashash:76). "Maka jangan kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) paling mengetahui orang yang bertakwa." (QS an-Najm:32). Rasulullah mengingatkan dengan mengulang sampai tiga kali, "Takutlah kalian pada al-Uzba", yaitu bangga dan kagum pada diri sendiri.
Ketika Rasulullah SAW mengingatkan dengan sabdanya tersebut, di hadapan beliau adalah para sahabat yang mulia. Mereka saleh-saleh dan para penghapal Alquran. Karena itu, dosa ujub boleh jadi jebakan dan jerat halus, tapi mematikan bagi para pelakunya, yang kebanyakan dari kalangan orang-orang hebat. Dosa ujub ini lebih halus dari langkah semut.
Bisa jadi kesannya tawadhu, tetapi di hati ingin dipuji. Sangat marah jika dihina ternyata karena berharap dipuji. Inilah Dho'ful aqli wal-iimaani, tanda lemahnya akal dan iman. Padahal jelas sangat rugi, sudah capek-capek beramal, tapi hancur karena ujub.
Karena itu sahabatku, seringlah duduk di majelis ilmu dan zikir. Saat menengadah dan menatap wajah guru, rontoklah kebanggaan diri. Duduklah bersama fakir miskin, yatim piatu, orang-orang susah, ziarahilah kuburan, perkuat puasa sunah, tadaburkan Alquran, perhebat istighfar, dan selalu harus sempatkan diri secara khusus muhasabah diri selesai shalat malam, "Siapa aku, dari mana, di mana, dan mau ke mana akhirnya aku?"
Sungguh tidak pantas bangga diri kecuali hanya Allah yang Mahasuci dan Terpuji. "Tiga hal yang membinasakan; kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar, dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri." (HR Thabrani).
Sifat ujub membawa akibat buruk dan menjerat kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Di antara dampak dari sifat ujub tersebut adalah membatalkan pahala. Seseorang yang merasa ujub dengan amal kebajikannya, pahalanya akan gugur dan amalannya menguap karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikit pun, kecuali dengan ikhlas karena-Nya.
Allahumma ya Allah, jadikanlah kami hamba-Mu yang Kau ridhai, minal mukhlishiin. Berilah kami rezeki teragung, yaitu sifat ikhlas dan bersihkan hati kami dari riya, sum'ah, ujub, dan semua penyakit hati. Aamiin.
Menjadi Manusia Bercahaya ..
Oleh: Kodirun
Diceritakan oleh Abdullah bin Abbas bahwa dia pernah tidur di dekat Rasulullah. Tiba-tiba, Rasulullah bangun lalu bersiwak (sikat gigi) dan berwudhu. Selanjutnya, beliau membaca surah Ali Imran ayat 190-200. Setelah selesai, Rasul shalat dua rakaat. Baik berdiri, ruku, dan sujud semuanya dilakukan dalam waktu yang panjang.
Selesai shalat dua rakaat, Rasul tidur lagi. Hal itu dilakukannya sampai tiga kali, sehingga ada enam rakaat. Semuanya dilakukan dengan bersiwak, berwudhu, dan membaca ayat yang sama. Setelah itu, Rasul menunaikan shalat witir tiga rakaat. Seusai azan dikumandang muazin, keluarlah Rasulullah untuk shalat Subuh.
Beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya dan di dalam lisanku (juga) cahaya. Jadikanlah di dalam pendengaranku cahaya dan di dalam penglihatanku (juga) cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku (juga) cahaya. Jadikanlan dari atasku cahaya dan dari bawahku (juga) cahaya. Ya Allah, berilah aku cahaya.” (HR Muslim).
Shalat dan doa yang dilakukan Rasulullah membimbing kita menjadi manusia yang bercahaya. Dalam doa tersebut jelas sekali bahwa yang pertama disebut adalah hati. Hati yang bercahaya yang letaknya berada di bagian pusat tubuh manusia adalah hati yang bersinar dan memberi efek terang pada seluruh tubuh.
Dalam doanya, Rasulullah juga menyebutkan lisan, pendengaran, penglihatan, belakang, depan, atas, dan bawah agar semuanya bercahaya. Intinya, menjadi manusia yang benar-benar bercahaya. Manusia yang hatinya bercahaya akan merasakan luas dan lapang di dalam dadanya.
Rasulullah bersabda, “Ketika cahaya telah masuk di dalam hati maka (hati itu) akan menjadi luas dan lapang.” Para sahabat bertanya, “Apa tandanya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Al-inabah ila dar al-khulud, wa at-tajafa‘an dar al-ghurur, wa al-isti’dad lil maut qabla nuzulih.” (HR At-Tirmidzi). Yakni, kembali ke negeri keabadian (akhirat), menjauh dari negeri ketertipuan (dunia), dan bersiap-siap menjemput kematian sebelum datang kematian itu.
Menjadi manusia bercahaya memang tidak mudah. Selain harus membersihkan hati dari segala kotorannya, setiap pancaindra juga harus digunakan dengan cara yang baik. Yaitu, dengan menghiasi tubuh dengan segala bentuk tutur kata dan perilaku yang baik.
Dengan makna lain, jika cahaya identik dengan segala kebaikan, manusia yang bercahaya adalah manusia yang baik lahir dan batinnya. Keduanya memancarkan cahaya kebaikan yang memberikan petunjuk bagi manusia lainnya keluar dari segala kesesatan. Dia bisa menjadi panutan bagi manusia lain yang ingin keluar dari kegelapan dan kesesatan.
Kebalikan dari cahaya adalah gelap atau kegelapan yang identik dengan kejelekan, kejahatan, dan kesesatan. Manusia yang tidak memiliki atau kehilangan cahaya akan hidup dalam kegelapan karena jauh dari kebaikan dan kebenaran. Jauh dari iman, jauh dari sifat dan perilaku yang baik. Ia tidak mampu memberikan petunjuk dan tentu dia tidak dapat dijadikan panutan atau pemimpin.
Untuk menjadi negeri yang unggul, Republik ini membutuhkan manusia-manusia bercahaya. Mereka berhati jujur dan memiliki moralitas yang mulia. Wallahua’lam.
Diceritakan oleh Abdullah bin Abbas bahwa dia pernah tidur di dekat Rasulullah. Tiba-tiba, Rasulullah bangun lalu bersiwak (sikat gigi) dan berwudhu. Selanjutnya, beliau membaca surah Ali Imran ayat 190-200. Setelah selesai, Rasul shalat dua rakaat. Baik berdiri, ruku, dan sujud semuanya dilakukan dalam waktu yang panjang.
Selesai shalat dua rakaat, Rasul tidur lagi. Hal itu dilakukannya sampai tiga kali, sehingga ada enam rakaat. Semuanya dilakukan dengan bersiwak, berwudhu, dan membaca ayat yang sama. Setelah itu, Rasul menunaikan shalat witir tiga rakaat. Seusai azan dikumandang muazin, keluarlah Rasulullah untuk shalat Subuh.
Beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya dan di dalam lisanku (juga) cahaya. Jadikanlah di dalam pendengaranku cahaya dan di dalam penglihatanku (juga) cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku (juga) cahaya. Jadikanlan dari atasku cahaya dan dari bawahku (juga) cahaya. Ya Allah, berilah aku cahaya.” (HR Muslim).
Shalat dan doa yang dilakukan Rasulullah membimbing kita menjadi manusia yang bercahaya. Dalam doa tersebut jelas sekali bahwa yang pertama disebut adalah hati. Hati yang bercahaya yang letaknya berada di bagian pusat tubuh manusia adalah hati yang bersinar dan memberi efek terang pada seluruh tubuh.
Dalam doanya, Rasulullah juga menyebutkan lisan, pendengaran, penglihatan, belakang, depan, atas, dan bawah agar semuanya bercahaya. Intinya, menjadi manusia yang benar-benar bercahaya. Manusia yang hatinya bercahaya akan merasakan luas dan lapang di dalam dadanya.
Rasulullah bersabda, “Ketika cahaya telah masuk di dalam hati maka (hati itu) akan menjadi luas dan lapang.” Para sahabat bertanya, “Apa tandanya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Al-inabah ila dar al-khulud, wa at-tajafa‘an dar al-ghurur, wa al-isti’dad lil maut qabla nuzulih.” (HR At-Tirmidzi). Yakni, kembali ke negeri keabadian (akhirat), menjauh dari negeri ketertipuan (dunia), dan bersiap-siap menjemput kematian sebelum datang kematian itu.
Menjadi manusia bercahaya memang tidak mudah. Selain harus membersihkan hati dari segala kotorannya, setiap pancaindra juga harus digunakan dengan cara yang baik. Yaitu, dengan menghiasi tubuh dengan segala bentuk tutur kata dan perilaku yang baik.
Dengan makna lain, jika cahaya identik dengan segala kebaikan, manusia yang bercahaya adalah manusia yang baik lahir dan batinnya. Keduanya memancarkan cahaya kebaikan yang memberikan petunjuk bagi manusia lainnya keluar dari segala kesesatan. Dia bisa menjadi panutan bagi manusia lain yang ingin keluar dari kegelapan dan kesesatan.
Kebalikan dari cahaya adalah gelap atau kegelapan yang identik dengan kejelekan, kejahatan, dan kesesatan. Manusia yang tidak memiliki atau kehilangan cahaya akan hidup dalam kegelapan karena jauh dari kebaikan dan kebenaran. Jauh dari iman, jauh dari sifat dan perilaku yang baik. Ia tidak mampu memberikan petunjuk dan tentu dia tidak dapat dijadikan panutan atau pemimpin.
Untuk menjadi negeri yang unggul, Republik ini membutuhkan manusia-manusia bercahaya. Mereka berhati jujur dan memiliki moralitas yang mulia. Wallahua’lam.
Teologi Musibah ..
Oleh: Ahmad Agus Fitriawan
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusiam supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat dari perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS ar-Ruum [30] :41).
Rentetan musibah yang menerpa kita akhir-akhir ini, sudah selayaknya menjadi peristiwa penuh makna. Peristiwa yang menjadi momentum tepat untuk kembali kepada Allah Sang Maha Penguasa Alam Semesta.
Sedikitnya ada empat poin penting sebagai titik tolak kesadaran teologi kita sebagai mukmin dalam memaknai peristiwa musibah yang mengharu-birukan kemanusiaan kita. Pertama, berhusnudzan kepada Allah SWT, berbaik sangka kepada-Nya. Tidaklah Dia menciptakan segala sesuatu dengan kesia-siaan (QS Shaad [38] :27).
Dan tentu saja sikap seorang mukmin dalam menghadapi musibah adalah dengan bersabar sembari mengharapkan balasan kebaikan dari sisi Allah SWT. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Fawaidul Fawaid-nya menjelaskan bahwa ubudiyah kepada Allah dalam qadha’ musibah ialah dengan sabar menghadapinya dan ridha menerimanya.
Ridha menerima musibah lebih tinggi kedudukannya daripada sabar. Kemudian mensyukuri musibah itu, ini lebih tinggi dari ridha. Perasaan ini muncul karena ada rasa cinta Allah SWT yang tumbuh di dalam hatinya.
Kedua, selayaknya musibah ini menjadikan kita menyadari akan kelemahan diri dan ke-MahaKuasa-an Allah SWT. Sesungguhnya kita ini tunduk dalam pengaturan Rabb kita. Jiwa kita ini ada di tangan-Nya. Ubun-ubun kita ada di tangan-Nya. Hati kita ada di tangan-Nya. Hidup, mati, bahagia dan derita, afiat dan musibah, semuanya ada di tangan Allah SWT.
Firman-Nya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (Muslim).” (QS Al An'aam [6] :162-163).
Ketiga, selayaknya musibah ini menyadarkan kita akan semakin dekatnya hari kiamat. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah banyak terjadinya gempa bumi. Karena itu kita jangan merasa aman dari turunnya adzab-Nya.
Allah SWT berfirman: “Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman sekiranya adzab Kami datang menimpa mereka di malam hari, sedang meraka dalam keadaan lelap tertidur? Ataukah mereka merasa aman apabila adzab Kami datang kepada mereka di waktu dhuha dan mereka sedang asyik bermain? Apakan mereka merasa aman dari makar Allah? Sesungguhnya tidak ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang rugi.” (QS al-‘Araf [7] :97-99).
Keempat, selayaknya musibah ini menyadarkan kita untuk tidak membiarkan begitu saja terhadap kemunkaran-kemunkaran yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Karena boleh jadi, musibah ini akibat dari perbuatan munkar yang kita lakukan atau akibat perbuatan munkar yang kita biarkan.
Suatu ketika, Zainab istri Rasulullah, pernah bertanya kepadanya: “Wahai Rasulullah, apakah kami juga akan diadzab, sedang di tengah-tengah kami ada orang yang saleh?” Beliau menjawab: “Ya, jika kekejian itu sudah semakin banyak." (HR Muslim).
Kapan kekejian dan kejahatan itu dikategorikan banyak? Yakni ketika kekejian itu sudah dilakukan secara terang-terangan di tengah masyarakat. Tidak ada lagi orang yang menghentikannya, para aparat berwenang melegalkannya, akhirnya kemungkaran itu pun menjadi kuat karena para penguasa membiarkannya begitu saja. Wallahu a'lam.
Prinsip Gerak dalam Hijrah ..
Oleh: H Karman
Hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah merupakan peristiwa fenomenal. Hal itu terlihat dari kemajuan dakwah Islam setelah peristiwa hijrah tersebut. Hanya dalam waktu singkat yaitu sekitar 13 tahun setelah hijrah, dakwah Islam berkembang pesat hampir ke seluruh Jazirah Arab.
Padahal, ketika Rasulullah SAW masih di Makkah dalam rentang waktu 10 tahun, yang menyambut dakwah Islam jumlahnya dapat dihitung dengan jari.
Sesungguhnya fenomena hijrah menghasilkan kemajuan sudah dijanjikan oleh Allah SWT. "Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nisa [4]: 100).
Aktivitas hijrah yang menghasilkan kemajuan bukan hanya fenomena ekslusif hijrah Rasul SAW, tapi merupakan fenomena universal. Hampir semua negara dan peradaban besar di dunia dibangun oleh masyarakat pendatang (muhajir).
Dalam konteks modern, Amerika Serikat salah satu negara termaju di dunia baik dalam bidang ekonomi, militer, maupun sosial budaya dibangun oleh masyarakat pendatang (muhajir).
Demikian juga kelompok masyarakat yang menguasai sebagian besar sumber daya alam dan ekonomi di Indonesia adalah etnis pendatang, yaitu Cina. Bahkan kelompok masyarakat yang maju secara ekonomi, sosial, dan budaya di kota-kota besar, khususnya di Indonesia, sebagian besar penduduk pendatang, bukan penduduk asli.
Lantas, ada apa di balik fenomena hijrah tersebut? Hijrah secara bahasa berarti pindah dari satu tempat ke tempat lain. Peristiwa pindah ini biasa juga disebut gerak. Sesungguhnya pada gerak inilah rahasia kemajuan di balik peristiwa hijrah. Di alam ini segala sesuatu yang bergerak keberadaannya relatif lebih sehat dan maju.
Otak kita yang sering digerakkan untuk berpikir akan jauh lebih sehat dan berkembang dibanding dengan otak yang tidak pernah digerakkan untuk berpikir. Hati yang digerakkan melalui berzikir juga akan relatif lebih sehat dibanding dengan yang tidak pernah digunakan untuk berzikir.
Demikian juga dengan tubuh yang digerakkan melalui olahraga, ia akan lebih sehat dibanding dengan tubuh yang tidak pernah diolahragakan. Fenomena gerak yang menghasilkan kesehatan tidak hanya terjadi pada makhluk hidup, tetapi juga terjadi pada makhluk mati.
Air yang mengalir (bergerak), misalnya, lebih sehat dari air yang tergenang. Sebersih-bersih air jika tidak bergerak (tergenang), ia akan menjadi sumber penyakit.
Imam Syafi'i dalam sebuah syair pernah berkata, "Sesungguhnya aku pernah melihat air tergenang itu merusak. Jika air itu mengalir menyehatkan dan jika tergenang akan merusak (sumber penyakit).”
Jadi, prinsip gerak atau pindah dari satu tempat ke tempat lain merupakan prinsip dasar pada hijrah yang menghasilkan kemajuan. Oleh karena itu, pantas kalau Allah SWT mendorong hamba-Nya untuk senantiasa bergerak dengan melakukan perjalanan di atas bumi.
”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS an-Nahl [16]: 36). Wallahu a’lam.
Hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah merupakan peristiwa fenomenal. Hal itu terlihat dari kemajuan dakwah Islam setelah peristiwa hijrah tersebut. Hanya dalam waktu singkat yaitu sekitar 13 tahun setelah hijrah, dakwah Islam berkembang pesat hampir ke seluruh Jazirah Arab.
Padahal, ketika Rasulullah SAW masih di Makkah dalam rentang waktu 10 tahun, yang menyambut dakwah Islam jumlahnya dapat dihitung dengan jari.
Sesungguhnya fenomena hijrah menghasilkan kemajuan sudah dijanjikan oleh Allah SWT. "Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nisa [4]: 100).
Aktivitas hijrah yang menghasilkan kemajuan bukan hanya fenomena ekslusif hijrah Rasul SAW, tapi merupakan fenomena universal. Hampir semua negara dan peradaban besar di dunia dibangun oleh masyarakat pendatang (muhajir).
Dalam konteks modern, Amerika Serikat salah satu negara termaju di dunia baik dalam bidang ekonomi, militer, maupun sosial budaya dibangun oleh masyarakat pendatang (muhajir).
Demikian juga kelompok masyarakat yang menguasai sebagian besar sumber daya alam dan ekonomi di Indonesia adalah etnis pendatang, yaitu Cina. Bahkan kelompok masyarakat yang maju secara ekonomi, sosial, dan budaya di kota-kota besar, khususnya di Indonesia, sebagian besar penduduk pendatang, bukan penduduk asli.
Lantas, ada apa di balik fenomena hijrah tersebut? Hijrah secara bahasa berarti pindah dari satu tempat ke tempat lain. Peristiwa pindah ini biasa juga disebut gerak. Sesungguhnya pada gerak inilah rahasia kemajuan di balik peristiwa hijrah. Di alam ini segala sesuatu yang bergerak keberadaannya relatif lebih sehat dan maju.
Otak kita yang sering digerakkan untuk berpikir akan jauh lebih sehat dan berkembang dibanding dengan otak yang tidak pernah digerakkan untuk berpikir. Hati yang digerakkan melalui berzikir juga akan relatif lebih sehat dibanding dengan yang tidak pernah digunakan untuk berzikir.
Demikian juga dengan tubuh yang digerakkan melalui olahraga, ia akan lebih sehat dibanding dengan tubuh yang tidak pernah diolahragakan. Fenomena gerak yang menghasilkan kesehatan tidak hanya terjadi pada makhluk hidup, tetapi juga terjadi pada makhluk mati.
Air yang mengalir (bergerak), misalnya, lebih sehat dari air yang tergenang. Sebersih-bersih air jika tidak bergerak (tergenang), ia akan menjadi sumber penyakit.
Imam Syafi'i dalam sebuah syair pernah berkata, "Sesungguhnya aku pernah melihat air tergenang itu merusak. Jika air itu mengalir menyehatkan dan jika tergenang akan merusak (sumber penyakit).”
Jadi, prinsip gerak atau pindah dari satu tempat ke tempat lain merupakan prinsip dasar pada hijrah yang menghasilkan kemajuan. Oleh karena itu, pantas kalau Allah SWT mendorong hamba-Nya untuk senantiasa bergerak dengan melakukan perjalanan di atas bumi.
”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS an-Nahl [16]: 36). Wallahu a’lam.
Memuliakan Ibu ..
Oleh: Fajar Kurnianto
Orang beriman mesti memuliakan kedua orang tua, khususnya ibu. Dalam hadis disebutkan, Abu Hurairah bercerita: Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW, lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya pergauli dengan sebaik-baiknya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapakah?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu sekali lagi bertanya, “Kemudian siapakah?” Beliau menjawab lagi, “Ibumu.” Orang tadi bertanya pula, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Bahkan, andai kata sang ibu adalah orang yang berbeda agama (non-Muslim) dan keyakinan, kita tetap harus memuliakan mereka dan tidak boleh memutus hubungan dengannya.
Dalam hadis disebutkan, Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq bercerita: Ibuku datang ke tempatku sedang dia adalah seorang musyrik di zaman Rasulullah SAW, yaitu di saat berlangsungnya perjanjian Hudaibiyah antara beliau dan kaum musyrikin. Kemudian saya meminta fatwa kepada Rasulullah, “Ibuku datang padaku dan ia ingin meminta sesuatu, apakah boleh saya hubungi ibuku itu, padahal ia musyrik?” Beliau bersabda, “Ya, hubungilah ibumu” (HR Bukhari dan Muslim).
Para sahabat Nabi SAW disebutkan sangat memuliakan ibunya. Abu Hurairah, misalnya, setiap akan pergi keluar rumah dan pulang ke rumah, selalu menemui ibunya dan mendoakannya. Dalam kitab Adab Al-Mufrad karya Al-Bukhari disebutkan, Abu Hurairah menempati sebuah rumah, sedangkan ibunya menempati rumah yang lain.
Apabila Abu Hurairah ingin keluar rumah, ia berdiri terlebih dahulu di depan pintu rumah ibunya seraya berkata, “Semoga keselamatan untukmu, wahai ibuku, juga rahmat Allah serta berkah-Nya.” Ibunya menjawab, “Semoga untukmu juga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya, wahai anakku.”
Abu Hurairah kemudian berkata, “Semoga Allah menyayangimu karena engkau telah mendidikku semasa aku kecil.” Ibunya pun menjawab, “Semoga Allah juga merahmatimu karena engkau telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut.”
Sahabat lainnya, Ibnu Mas’ud, acap kali disuruh ibunya untuk mengambilkan air minum, dan ia selalu melaksanakannya. Suatu ketika, saat membawa air minum yang diminta ibunya, ia mendapati ibunya tertidur pulas. Karena memuliakan sang ibu, Ibnu Mas’ud tidak berani membangunkannya.
Dalam kitab Birrul Walidain karya Ibnul Jauzi disebutkan, Anas bin Nadzr Al-Asyja’i bercerita, suatu malam ibu Ibnu Mas’ud meminta air minum kepadanya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata sang Ibu sudah ketiduran. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air tersebut hingga pagi hari.”
Sahabat lainnya lagi, Usamah bin Zaid, disebutkan tidak pernah menolak permintaan ibunya. Dalam kitab Shifah Ash-Shafwah karya Ibnul Jauzi disebutkan, Muhammad bin Sirin mengatakan, pada masa pemerintahan Usman bin Affan, harga sebuah pohon kurma mencapai seribu dirham. Meskipun demikian, Usamah bin Zaid membeli sebatang pohon kurma lalu memotong dan mengambil jamar-nya (bagian batang kurma yang berwarna putih yang berada di jantung pohon kurma).
Jamar tersebut lantas ia suguhkan kepada ibunya. Melihat tindakan Usamah, banyak orang bertanya-tanya, “Mengapa engkau berbuat demikian, padahal engkau mengetahui harga satu pohon kurma itu seribu dirham.” Usamah menjawab, “Karena ibuku meminta jamar pohon kurma, dan tidaklah ibuku meminta sesuatu kepadaku yang bisa kuberikan pasti kuberikan.”
Ibu memang sosok yang harus dimuliakan. Kita lahir ke dunia melalui dirinya. Sehebat atau sesukses apa pun seseorang dalam hidupnya, pasti dilahirkan dari rahim seorang ibu. Selain itu, sebelum kita lahir, ibu mengandung kita di dalam perutnya selama lebih kurang sembilan bulan, waktu yang tidak sebentar. Saat melahirkan, ibu juga yang merasakan sakit tak terkira. Jadi, tidak ada alasan apa pun untuk mendurhakai ibu atau memutus hubungan dengannya, apa pun keadaannya. Wallahu a’lam.
Orang beriman mesti memuliakan kedua orang tua, khususnya ibu. Dalam hadis disebutkan, Abu Hurairah bercerita: Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah SAW, lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya pergauli dengan sebaik-baiknya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapakah?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu sekali lagi bertanya, “Kemudian siapakah?” Beliau menjawab lagi, “Ibumu.” Orang tadi bertanya pula, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Bahkan, andai kata sang ibu adalah orang yang berbeda agama (non-Muslim) dan keyakinan, kita tetap harus memuliakan mereka dan tidak boleh memutus hubungan dengannya.
Dalam hadis disebutkan, Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq bercerita: Ibuku datang ke tempatku sedang dia adalah seorang musyrik di zaman Rasulullah SAW, yaitu di saat berlangsungnya perjanjian Hudaibiyah antara beliau dan kaum musyrikin. Kemudian saya meminta fatwa kepada Rasulullah, “Ibuku datang padaku dan ia ingin meminta sesuatu, apakah boleh saya hubungi ibuku itu, padahal ia musyrik?” Beliau bersabda, “Ya, hubungilah ibumu” (HR Bukhari dan Muslim).
Para sahabat Nabi SAW disebutkan sangat memuliakan ibunya. Abu Hurairah, misalnya, setiap akan pergi keluar rumah dan pulang ke rumah, selalu menemui ibunya dan mendoakannya. Dalam kitab Adab Al-Mufrad karya Al-Bukhari disebutkan, Abu Hurairah menempati sebuah rumah, sedangkan ibunya menempati rumah yang lain.
Apabila Abu Hurairah ingin keluar rumah, ia berdiri terlebih dahulu di depan pintu rumah ibunya seraya berkata, “Semoga keselamatan untukmu, wahai ibuku, juga rahmat Allah serta berkah-Nya.” Ibunya menjawab, “Semoga untukmu juga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya, wahai anakku.”
Abu Hurairah kemudian berkata, “Semoga Allah menyayangimu karena engkau telah mendidikku semasa aku kecil.” Ibunya pun menjawab, “Semoga Allah juga merahmatimu karena engkau telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut.”
Sahabat lainnya, Ibnu Mas’ud, acap kali disuruh ibunya untuk mengambilkan air minum, dan ia selalu melaksanakannya. Suatu ketika, saat membawa air minum yang diminta ibunya, ia mendapati ibunya tertidur pulas. Karena memuliakan sang ibu, Ibnu Mas’ud tidak berani membangunkannya.
Dalam kitab Birrul Walidain karya Ibnul Jauzi disebutkan, Anas bin Nadzr Al-Asyja’i bercerita, suatu malam ibu Ibnu Mas’ud meminta air minum kepadanya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata sang Ibu sudah ketiduran. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air tersebut hingga pagi hari.”
Sahabat lainnya lagi, Usamah bin Zaid, disebutkan tidak pernah menolak permintaan ibunya. Dalam kitab Shifah Ash-Shafwah karya Ibnul Jauzi disebutkan, Muhammad bin Sirin mengatakan, pada masa pemerintahan Usman bin Affan, harga sebuah pohon kurma mencapai seribu dirham. Meskipun demikian, Usamah bin Zaid membeli sebatang pohon kurma lalu memotong dan mengambil jamar-nya (bagian batang kurma yang berwarna putih yang berada di jantung pohon kurma).
Jamar tersebut lantas ia suguhkan kepada ibunya. Melihat tindakan Usamah, banyak orang bertanya-tanya, “Mengapa engkau berbuat demikian, padahal engkau mengetahui harga satu pohon kurma itu seribu dirham.” Usamah menjawab, “Karena ibuku meminta jamar pohon kurma, dan tidaklah ibuku meminta sesuatu kepadaku yang bisa kuberikan pasti kuberikan.”
Ibu memang sosok yang harus dimuliakan. Kita lahir ke dunia melalui dirinya. Sehebat atau sesukses apa pun seseorang dalam hidupnya, pasti dilahirkan dari rahim seorang ibu. Selain itu, sebelum kita lahir, ibu mengandung kita di dalam perutnya selama lebih kurang sembilan bulan, waktu yang tidak sebentar. Saat melahirkan, ibu juga yang merasakan sakit tak terkira. Jadi, tidak ada alasan apa pun untuk mendurhakai ibu atau memutus hubungan dengannya, apa pun keadaannya. Wallahu a’lam.
Bertaubat Sebelum Terlambat ..
Oleh: Dudung Abdul Rohman *)
Islam merupakan agama yang tidak mentolerir perbuatan dosa sekecil apapun. Karena, perbuatan dosa itu, hanya mendatangkan kepuasan sesaat, sementara penyesalan dan akibat buruknya sangat berat. Kalau diibararkan, perbuatan dosa itu, seperti penyakit kanker. Apabila tidak segera diobati akan terus menyebar. Bahkan, bila dibiarkan, akan menjadi kanker ganas yang akan menggerogoti tubuh dan sulit untuk disembuhkan.
Oleh karena itu, Islam melarang umatnya untuk mendekati perbuatan dosa, apalagi melakukannya. Karena, dengan mendekati saja, tak mustahil akan terjerumus ke dalam lembah nista dan hina lantaran perbuatan dosa. Betapa perbuatan dosa itu sudah menjerumuskan dan menghancurkan umat-umat terdahulu. Karena, dengan berbuat dosa akan mendatangkan murka di sisi Allah SWT. Misalnya kaum ‘Ad, Madyan, dan Tsamud yang dihancurkan oleh Allah dengan ditimpakan berbagai malapetaka karena telah melakukan perbuatan dosa secara terbuka dan akut. Karena itu, kalau hidup kita ingin aman, nyaman, dan tenteram, maka jauhilah perbuatan dosa.
Di antara perbuatan dosa yang sekarang ini lagi menggejala dan membudaya di tengah-tengah masyarakat Indonesia adalah perbuatan korupsi, pornografi, dan anarki. Sehingga, perbuatan-perbuatan dosa ini, sangat mengguncang dan mengancam kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat, dan beragama.
Oleh karena itu, harus ada upaya-upaya yang serius dan sistematis untuk mengatasi perbuatan dosa tersebut. Karena, bila tidak, akan membawa bangsa, negara, dan masyarakat ke jurang kehancuran dan kenestapaan. Lebih-lebih bila 'virus-virus dosa' ini sudah melanda generasi muda. Maka, masa depan bangsa ini akan dihantui kegagalan dan kehancuran karena dekadensi moral yang melanda anak-anak bangsa.
Sebagai agama yang mengutamakan kemuliaan akhlak, maka Islam menyampaikan seruan moral kepada umat manusia agama menjauhi dan meninggalkan perbuatan dosa. Sehingga, dengan hidup bersih tanpa dosa diharapkan akan mendatangkan keridhaan di sisi Allah dan kehidupan akan lebih makmur dan sentosa. Maka, penanaman nilai-nilai agama dan pengamalannya harus ditanamkan sejak dini kepada generasi-generasi kita. Sehingga kebiasaan akhlak baik akan senantiasa melekat dan menjadi panduan dalam kehidupannya. Karena agamalah sumber utama ajaran moral dan akhlak dalam kehidupan.
Dalam hal ini, Islam pun menyerukan kepada umatnya supaya menjadi hamba-hamba Allah yang dikasihi dan dimuliakan. Dalam istilah Alquran-nya menjadi ‘Ibadurrahman. Ciri-ciri dari ‘Ibadurrahman ini selain melaksanakan amal ibadah dan amal shaleh, baik yang hubungannya langsung dengan Allah ataupun dengan sesama manusia, juga mampu menjauhi dan meninggalkan perbuatan dosa, terutama dosa besar yang dapat mengguncang dan menghancurkan kehidupan.
Allah SWT menegaskan: Artinya: “Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina” (QS. Al-Furqaan [25]:68-69).
Perbuatan dosa itu selain mendatangkan kemurkaan dan siksaan di sisi Allah, juga pelakunya akan merasakan kehinaan dan ketidaknyamanan dalam kehidupan. Dengan demikian, apabila ingin hidup tenang dan nyaman, jauhilah perbuatan dosa.
Lantas, bagaimana kalau sudah kadung dan terjerumus ke dalam lembah perbuatan dosa? Allah SWT tetap menyayangi hamba-hamba-Nya dengan memberi kesempatan untuk bertaubat kepada para pendosa. Asal taubatnya benar-benar, dalam arti menyesali perbuatan dosanya, tidak mengulanginya lagi, dan menggantinya dengan perbuatan-perbuatan baik. Maka niscaya Allah akan mengampuni seluruh dosanya dan akan mengganti kejelekan dengan kebaikan.
Allah SWT berfirman: Artinya: “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shaleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya” (QS. Al-Furqaan [25]:70-71).
Oleh karena itu, jangan berputus asa dari perbuatan dosa. Sepanjang kita bertaubat dari perbuatan dosa, maka niscaya Allah akan mengampuninya, karena Allah adalah lautan pengampun. Manusia yang baik itu sebetulnya bukan yang tidak pernah berbuat salah, tetapi ketika dia berbuat salah langsung ingat kepada Allah dan berhenti dari perbuatan dosanya itu.
Maka, Allah SWT senantiasa memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperbanyak istighfar (memohon ampunan kepada Allah) supaya diri kita senantiasa dipelihara dari perbuatan dosa. Sekalipun misalnya terjerumuskan dalam perbuatan dosa segera diingatkan dan dihapuskan dosanya oleh Allah SWT.
Firman-Nya: Artinya: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” (QS. Al-Zumar [39]:53).
Akhirnya, bertaubatlah sebelum terlambat, jauhilah maksiat sepanjang hayat supaya hidup selamat dunia dan akhirat, serta berakhlak baiklah demi masa depan yang lebih beradab dan bermartabat. Wallahu A’lam Bish-Shawaab.
Hijrah dan Pesan Perubahan ..
Oleh: Ahmad Sastra
Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya menegaskan bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing. Ada dua kata asing dalam penggalan hadis yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Kitab al-Kabir ini. Kata asing yang pertama berkaitan dengan kedatangan Islam di tengah sistem kehidupan jahiliyah.
Kehidupan jahiliyah adalah seburuk-buruk sistem kehidupan pada masa itu. Seluruh puncak kemaksiatan manusia muncul pada zaman ini. Pada zaman ini akal dan wahyu sudah tidak dijadikan sebagai timbangan perilaku manusia. Seluruh perilaku kehidupan hanya dilandasi oleh naluri dan hawa nafsu juga mengabaikan nilai-nilai etis agama serta nilai-nilai rasionalitas.
Era jahiliyah diwarnai munculnya permusuhan antarmanusia karena kepentingan hedonistis. Berbagai tindak pembunuhan, tradisi mabuk-mabukan, perjudian, perzinaan, bahkan perbudakan terjadi begitu masif dan meluas. Seluruh perilaku buruk ini telah mendarah daging dalam kehidupan mereka, sulit untuk diubah.
Dalam bidang akidah, pada era jahiliyah, Allah tidak lagi dijadikan sesembahan. Mereka terjebak pada keyakinan nenek moyang yang penuh kemusyrikan dan kekufuran. Berbagai bentuk patung dan benda-benda lainnya dijadikan sebagai tuhan yang disembah. Istilah jahiliyah bukan berkaitan dengan tingkat kecerdasan otak, melainkan berkaitan dengan tidak berfungsinya akal dan akhlak manusia.
Dalam keadaan puncak kerusakan manusia inilah, Allah lantas mengutus seorang Rasul yang bernama Muhammad SAW untuk melakukan perbaikan pada seluruh kerusakan sistem kehidupan. Rasulullah dengan lantang dan tegas menyampaikan kesalahan akidah, pemikiran, serta perilaku mereka. Rasulullah menyampaikan, hanya Allah-lah yang berhak disembah seraya mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Tampaknya kedatangan Rasulullah dengan dakwahnya ini mengusik keyakinan dan menyulut emosi kaum jahiliyah. Sebagai sosok orang Arab, Rasulullah sendiri bukanlah orang asing, melainkan ajaran-ajaran Islam yang disampaikan beliaulah yang dirasakan asing. Dalam titik inilah, Islam dianggap asing oleh kaum jahiliyah.
Kata asing kedua berkaitan dengan masa setelah Rasulullah. Pada era ini, kehidupan kembali dikuasai oleh sistem kehidupan jahiliyah. Kehidupan modern yang kini sedang dirasakan manusia akhir zaman adalah kehidupan yang tidak jauh kondisinya dengan zaman jahiliyah masa kenabian. Bahkan, bisa dikatakan lebih jahiliyah lagi sebab seluruh perilaku kemaksiatan pada zaman nabi kini terjadi lebih masif dan lebih luas.
Meski dianggap asing, Rasulullah melanjutkan sabdanya bahwa beruntunglah orang-orang yang dianggap asing. Para sahabat bertanya kepada Beliau SAW, "Siapakah orang-orang asing itu?" Rasulullah menjawab, orang asing itu adalah mereka yang melakukan perbaikan ketika kehidupan manusia sudah mengalami kerusakan. Jawaban Rasulullah ini sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah pada zaman itu. Rasulullah adalah orang yang diutus Allah untuk melakukan perbaikan kerusakan hidup jahiliyah.
Kata idza (ketika) dalam lafaz yuslihuuna idza fasada an-naas, menurut al-Ausat dan al-Shagir, menunjukkan masa yang akan datang. Dalam hadis ini terdapat petunjuk bahwa kerusakan tersebut terjadi setelah masa sahabat. Artinya, jika merujuk pada kehidupan hari ini, masa kerusakan salah satunya adalah pada masa kita hidup sekarang.
Jahiliyah modern adalah kehidupan yang di dalamnya akal dan wahyu tidak lagi dijadikan rujukan serta timbangan pola pikir dan pola sikap manusia. Sebaliknya, orientasi sekularitas duniawilah yang dijadikan sebagai timbangan kehidupan manusia.
Orang beruntung pada saat ini adalah orang yang senantiasa berdakwah amar makruf nahi mungkar, mengubah kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan Islam yang sejalan dengan wahyu Allah. Risikonya, ia akan dianggap sebagai orang asing. Keuntungannya adalah orang asing yang mendapatkan keberuntungan dari Allah, yakni mendapatkan ridha dan surga-Nya kelak di akhirat. Untuk mengenang momentum tahun baru Hijriyah tahun ini, jadilah orang asing yang mengubah kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan Islami.
Sehatkah Diet Berpantang Nasi? ..
Ada banyak jenis diet yang tersedia di dunia ini. diet rendah lemak, rendah gula, diet Paleo, diet Mediterania, diet rendah kalori atau karbohidrat dan lain sebagainya.
Di negara kita, salah satu yang paling terkenal adalah diet rendah karbo. Pelaku diet
ini, pantang atau sangat membatasi konsumsi nasi atau sumber
karbohidrat lainnya. Beberapa di antara pelakunya, tetap menjalankan
olahraga intensitas tinggi.
Pertanyaannya, amankah menerapkan pola diet seperti ini? Inilah jawaban dari Dr. Mike Roussell, Ph.D., ahli diet dan nutrisi dari AS.
Anda bisa memotong konsumsi karbohidrat dan mengandalkan lemak saja untuk sumber energi dan itu benar-benar aman. Tapi ingat, nutrisi tertentu sangat penting untuk Anda perhatikan asupannya. Misalnya, konsumsilah jenis lemak yang berbeda, beberapa jenis asam amino, dan banyak vitamin dan mineral.
Supaya tetap bisa beraktivitas tanpa karbohidrat, tubuh Anda akan melakukan tugasnya mencari sumber energi alternatif. Sebagai contoh, ketika secara drastis Anda mengurangi atau menghilangkan karbohidrat, tubuh Anda mampu membuat gula untuk disimpan sebagai glikogen.
Karena membutuhkan banyak energi, otak kita terkenal sangat menyukai gula. Tetapi meskipun demikian, otak lebih cinta dengan kelangsungan hidup.
Akibatnya, ketika tak ada gula yang masuk, otak akan memenuhi dirinya sendiri dengan keton (produk sampingan hasil dari pemecahan lemak yang berlebihan). Bahkan, mungkin otak Anda akan beralih ke sumber bahan bakar alternatif ini tanpa Anda menyadarinya jika Anda pernah memiliki pola makan sangat rendah karbohidrat atau melakukan diet ketogenik, di mana 60 sampai 70 persen kalori Anda berasal dari lemak dan hanya makan 20 sampai 30 gram karbohidrat perhari.
diet ini sangat efektif untuk menghilangkan lemak, mengurangi faktor risiko tertentu terhadap penyakit jantung, membantu mengatasi kondisi diabetes dan epilepsi.
Jadi, jika Anda ingin, Anda bisa benar-benar sangat mengurangi konsumsi karbohidrat, mengandalkan kekuatan tubuh Anda kepada lemak dan tetap berolahraga intenstas tinggi.
Tapi pertanyaannya adalah: Apakah itu benar-benar perlu? Dari sudut pandang saya, yang dimaksud dengan diet sangat rendah karbohidrat adalah membatasi asupan karbo menjadi sebanyak 20, 30, atau bahkan 50 gram karbohidrat dan itu bukan jumlah yang banyak. Anda bisa hanya makan jamur, asparagus, dan bayam.
Berikut ini adalah pendekatan diet rendah karbo yang akan membuat tubuh Anda lebih mengandalkan lemak. Hirarki karbohidrat ini dibuat sebagai panduan yang bersahabat untuk membatasi karbohidrat berdasarkan kebutuhan individu.
Hirarki sederhana ini dibuat berdasarkan pada kenyataan bahwa tidak semua karbohidrat diciptakan sama. Makanan di bagian atas daftar, lebih padat kalori dan mengandung nutrisi yang lebih sedikit.
Sedangkan di bagian bawah daftar adalah jenis makanan yang kurang padat kalori, namun mengandung lebih banyak nutrisi. Yang di bagian bawah adalah yang lebih layak Anda jadikan pilihan.
1. Makanan yang mengandung gula tambahn
2. Biji-bijian olahan
3. Pati atau biji-bijian utuh
4. Buah
5. Sayuran
6. Sayuran hijau
Cobalah untuk mengurangi dan/atau menghilangkan dua posisi teratas. Jika Anda masih merasa perlu untuk lebih menguranginya lagi, atau untuk lebih mengontrol kadar gula darah, hilangkan atau kurangi juga makanan di nomor berikutnya.
Adopsi pendekatan ini untuk membatasi karbohidrat sambil tetap menjaga kebutuhan nutrisi Anda sesuai dengan kebutuhan sehari-hari Anda.
Pertanyaannya, amankah menerapkan pola diet seperti ini? Inilah jawaban dari Dr. Mike Roussell, Ph.D., ahli diet dan nutrisi dari AS.
Anda bisa memotong konsumsi karbohidrat dan mengandalkan lemak saja untuk sumber energi dan itu benar-benar aman. Tapi ingat, nutrisi tertentu sangat penting untuk Anda perhatikan asupannya. Misalnya, konsumsilah jenis lemak yang berbeda, beberapa jenis asam amino, dan banyak vitamin dan mineral.
Supaya tetap bisa beraktivitas tanpa karbohidrat, tubuh Anda akan melakukan tugasnya mencari sumber energi alternatif. Sebagai contoh, ketika secara drastis Anda mengurangi atau menghilangkan karbohidrat, tubuh Anda mampu membuat gula untuk disimpan sebagai glikogen.
Karena membutuhkan banyak energi, otak kita terkenal sangat menyukai gula. Tetapi meskipun demikian, otak lebih cinta dengan kelangsungan hidup.
Akibatnya, ketika tak ada gula yang masuk, otak akan memenuhi dirinya sendiri dengan keton (produk sampingan hasil dari pemecahan lemak yang berlebihan). Bahkan, mungkin otak Anda akan beralih ke sumber bahan bakar alternatif ini tanpa Anda menyadarinya jika Anda pernah memiliki pola makan sangat rendah karbohidrat atau melakukan diet ketogenik, di mana 60 sampai 70 persen kalori Anda berasal dari lemak dan hanya makan 20 sampai 30 gram karbohidrat perhari.
diet ini sangat efektif untuk menghilangkan lemak, mengurangi faktor risiko tertentu terhadap penyakit jantung, membantu mengatasi kondisi diabetes dan epilepsi.
Jadi, jika Anda ingin, Anda bisa benar-benar sangat mengurangi konsumsi karbohidrat, mengandalkan kekuatan tubuh Anda kepada lemak dan tetap berolahraga intenstas tinggi.
Tapi pertanyaannya adalah: Apakah itu benar-benar perlu? Dari sudut pandang saya, yang dimaksud dengan diet sangat rendah karbohidrat adalah membatasi asupan karbo menjadi sebanyak 20, 30, atau bahkan 50 gram karbohidrat dan itu bukan jumlah yang banyak. Anda bisa hanya makan jamur, asparagus, dan bayam.
Berikut ini adalah pendekatan diet rendah karbo yang akan membuat tubuh Anda lebih mengandalkan lemak. Hirarki karbohidrat ini dibuat sebagai panduan yang bersahabat untuk membatasi karbohidrat berdasarkan kebutuhan individu.
Hirarki sederhana ini dibuat berdasarkan pada kenyataan bahwa tidak semua karbohidrat diciptakan sama. Makanan di bagian atas daftar, lebih padat kalori dan mengandung nutrisi yang lebih sedikit.
Sedangkan di bagian bawah daftar adalah jenis makanan yang kurang padat kalori, namun mengandung lebih banyak nutrisi. Yang di bagian bawah adalah yang lebih layak Anda jadikan pilihan.
1. Makanan yang mengandung gula tambahn
2. Biji-bijian olahan
3. Pati atau biji-bijian utuh
4. Buah
5. Sayuran
6. Sayuran hijau
Cobalah untuk mengurangi dan/atau menghilangkan dua posisi teratas. Jika Anda masih merasa perlu untuk lebih menguranginya lagi, atau untuk lebih mengontrol kadar gula darah, hilangkan atau kurangi juga makanan di nomor berikutnya.
Adopsi pendekatan ini untuk membatasi karbohidrat sambil tetap menjaga kebutuhan nutrisi Anda sesuai dengan kebutuhan sehari-hari Anda.
Anak Belajar Norma Lewat Interaksi dengan Orangtua ..
Anak yang kebanjiran informasi akan
lebih mudah terpapar hal negatif. Tanpa pendampingan orangtua, kondisi
ini mengakibatkan anak akan kesulitan memilah informasi. Karenanya,
peran orangtua untuk berinteraksi dengan anak dan mendampinginya menjadi
penting.
Menurut para pakar, minimnya pendampingan orangtua berdampak pada rendahnya pengendalian diri anak. Faktor ini berkaitan dengan terjadinya kasus pembunuhan Ade Sara oleh teman terdekatnya yang masih berusia remaja.
“Interaksi yang terbatas menyebabkan anak hanya mendapat sedikit pendampingan orangtua. Padahal anak sangat perlu pendampingan di era kemudahan akses informasi ini,” kata psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI), Indri Savitri, kepada Kompas Health.
Memilah hal positif dan negatif
Menurut Indri, tanpa pendampingan dan interaksi dengan orangtua, anak cenderung menerima informasi negatif sebagai sesuatu yang wajar. Anak juga akan menganggap wajar bila ia menerapkan hal negatif yang dipahaminya tersebut kepada orang lain.
“Interaksi dan pendampingan yang minim mengakibatkan anak tidak mendapat pemahaman yang baik tentang norma dan berbagai hal positif lain, termasuk pengendalian diri. Akibatnya saat beranjak dewasa anak hanya berfikir seputar dirinya, tanpa memikirkan dampak perbuatannya pada orang lain,” kata Indri.
Berkaca dari kasus Ade Sara, Indri menyarankan orangtua sedapat mungkin mendampingi masa tumbuh kembang anak-anaknya. Pendampingan ini terus berlangsung hingga remaja saat anak memerlukan teman diskusi. Orangtua dan anak yang sering berdiskusi berdampak pada timbulnya pemahaman dalam diri anak mengenai nilai positif. Lewat komunikasi yang baik, anak akan menanamkan nilai positif tersebut yang berdampak pada pembentukan karakternya.
Belajar berkomunikasi yang baik
Pendampingan orangtua, lanjut Indri, juga diperlukan anak dalam menjalin relasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini termasuk cara berbicara, berkomunikasi, dan menyampaikan ketidaksukaan. Cara mengekspresikan diri sangat penting supaya anak tidak menyebabkan orang lain tersinggung.
“Cara berkomunikasi ini sangat penting apalagi sekarang tak perlu bertemu wajah untuk berbicara. Penggunaan kata harus diatur sebaik mungkin sehingga anak bisa mengekspresikan dan membaca perasaan orang lain, terutama dalam berbagai media sosial. Anak juga harus bisa mengendalikan diri dalam forum maya seperti itu,” kata Indri.
Menyelesaikan masalah lebih objektif
Hal lain yang bisa diperoleh dari pendampingan adalah kemampuan anak memandang masalah secara objektif ketika dewasa. Dengan penanaman karakter dan norma yang kuat, anak akan berusaha menghadapi berbagai masalah dengan pikiran jernih ketika dewasa. Anak akan terbiasa fokus mencari jalan keluar, menemukan penyelesaian masalah yang tidak semata mengumbar emosi.
Dengan mengetahui pentingnya pendampingan, Indri berharap orangtua tidak lagi meremehkan interaksi dengan anak. Bagaimanapun orangtua harus menyediakan waktu untuk mendampingi anak terutama dalam menanggapi berbagai informasi yang beredar. Harapannya, tidak ada lagi kasus Ade Sara berikutnya.
Pengendalian diri
Kasus Ade Sara membuktikan rendahnya kontrol diri pada remaja akibat minimnya pendampingan dan interaksi orangtua.
“Kalau dilihat dari caranya melakukan pembunuhan, pelaku kemungkinan hanya ingin membalas dendam. Namun, di tengah jalan, emosi memuncak dan terjadi hal yang di luar perkiraan. Seandainya kontrol diri lebih baik maka pembunuhan mungkin bisa dihindari,” kata psikolog forensik, Reza Indragiri.
Ini Akibatnya jika Memaksa Anak Belajar Tak Sesuai Gayanya ..
Masing-masing anak ternyata punya gaya belajar tersendiri untuk mudah
memahami pelajaran. Ada yang lebih mudah menyerap informasi secara
visual, seperti melihat gambar. Ada yang cenderung auditori atau
mendengar, dan kinestetik atau menyerap informasi sambil bergerak.
Untuk itu, sebelum menuding anak lambat menyerap informasi, kenali dulu gaya belajarnya. Jangan paksa anak memahami sesuatu menggunakan cara yang tak sesuai dengan gaya belajarnya.
Psikolog anak dan remaja dari TigaGenerasi, Putu Andita, mengungkapkan, jika anak dipaksa belajar tak sesuai dengan gayanya, informasi yang akan terserap menjadi tidak optimal.
"Misalnya anak auditori, belajar dua jam secara visual, jadi cuma terserap 30 persen. Jadinya pas mengerjakan ulangan enggak bisa optimal," ujar Putu dalam acara talkshow di Mother & Baby Fair, Balai Kartini, Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Salah satu alasan anak malas belajar juga bisa jadi karena ia tak suka dengan metode belajar yang digunakan.
Ada anak yang bisa duduk tenang sambil membaca buku, tetapi pada anak yang memiliki gaya belajar kinestetik, justru akan sulit memahami informasi dengan duduk diam.
Pada anak yang secara kinestetik lebih menonjol, bisa belajar sambil bermain. Anak auditori lebih suka belajar sambil bercerita dan anak visual lebih suka memahami sesuatu melalui gambar-gambar. Putu mengatakan, jika metode tidak sesuai, proses belajar pun akan menjadi beban.
"Apa pun gaya belajarnya, kalau enggak menyenangkan, anak tertekan enggak bisa menyerap informasi dengan baik," kata Putu.
Begini Cara Mengetahui Gaya Belajar Anak ..
Secara
umum, ada tiga gaya belajar anak, yaitu visual (penglihatan), auditori
(pendengaran), dan kinestetik (gerak). Agar anak belajar dengan optimal,
sebaiknya menyesuaikan dengan gaya belajarnya. Lantas, bagaimana
mengetahui anak memiliki gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik?
Psikolog anak dan remaja dari TigaGenerasi, Putu Andita mengatakan, mengenali gaya belajar lebih mudah saat anak mulai memasuki TK.
"Kalau masih terlalu kecil belum kelihatan bagaimana gaya belajarnya. Saat TK, anak kan mulai lebih banyak interaksi dan eksplorasi, jadi lebih mudah dikenali,"terang Putu dalam acara talkshow di Mother & Baby Fair, Balai Kartini, Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Putu memaparkan, anak yang memiliki gaya visual akan lebih mudah mengerti jika diberikan gambar, video, atau film. Tanda-tandanya, anak juga mudah terganggu jika ada sesuatu yang mengganggu penglihatannya.
"Misalnya lagi belajar di kelas, lalu ada orang lewat. Dia akan terdistraksi (terganggu)," jelas Putu.
Sementara itu, anak yang memiliki gaya belajar auditori atau pendengaran cenderung mudah terganggu jika ada suara berisik. Sebab, anak dengan gaya belajar auditori lebih mudah menyerap informasi melalui pendengarannya. Anak ini akan lebih mudah memahami sesuatu ketika dibacakan cerita, dibanding ia membacanya sendiri tanpa suara.
Untuk anak dengan gaya belajar kinestetik, biasanya akan merasa terganggu jika ada yang menyentuhnya.
Untuk belajar dengan baik, anak ini tidak bisa hanya duduk manis saja. Saat membaca, anak dengan gaya belajar kinestetik akan lebih mudah mengerti jika membaca sambil menunjuk huruf di buku.
Anak mungkin saja memiliki ketiga gaya belajar tersebut. Tetapi, umumnya ada satu gaya belajar yang lebih menonjol.
Pendiri TIgaGenerasi Noella Adriyanti Rilantono atau yang akrab disapa Ui Birowo menambahkan, untuk mengenali gaya belajar anak, orangtua harus sering menghabiskan waktu dengan anak. Orangtua perlu mengobservasi anak dan lebih peka.
Metode Belajar untuk Anak yang Terbiasa Main Gawai ..
Gawai saat ini
sudah menjadi benda sehari-hari yang dipegang oleh anak. Kebiasaan itu
tentu akan berdampak pada proses belajar anak. Karenanya dibutuhkan
metode belajar yang tepat agar anak mudah menangkap materi pelajaran.
Psikolog Ajeng Raviando mengatakan, anak-anak yang akrab dengan
gadget memerlukan metode active learning atau pembelajaran aktif.
"Active learning mengajak anak belajar aktif. Anak sekarang kan terbiasa dengan gadget, tinggal klik saja. Jadi yang aktif gadget-nya, bukan anaknya," kata Ajeng dalam talkshow di Mother & Baby Fair, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dalam metode pembelajaran aktif, anak tidak hanya diajak membaca buku, tetapi juga mendengar topik pelajaran melalui cerita, melihat gambar atau video, kemudian anak tersebut ikut membahas materi hingga mempraktekkannya.
Lewat metode tersebut, anak tak hanya dipandang sebagai peserta didik yang menerima pelajaran, tetapi juga ikut terlibat aktif dalam memecahkan suatu masalah atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan diajak berdiskusi mengenai pembelajaran yang ia terima.
"Kalau enggak aktif, penyerapan informasinya bisa berkurang," lanjut Ajeng.
Ia menambahkan, umumnya anak kesulitan mengingat dan mengerti jika hanya mendengarkan guru di sekolah menjelaskan materi panjang lebar. Tetapi, jika disertai media visual, anak akan mulai bisa mengingat. Kemudian, jika ditambah pembahasan lebih lanjut oleh anak itu sendiri, mereka akan lebih mudah mengerti.
"Pembelajaran aktif bertujuan untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki anak," ujarnya.
Ajeng mengatakan, stimulasi aktif bisa dimulai sejak usia 1 tahun, yakni saat orangtua mengajari anak untuk belajar berbicara. Sementara di usia balita, anak diajak belajar memilah warna sambil bermain.
Dengan metode pembelajaran aktif, anak usia TK dapat diajak belajar mengenal huruf tidak hanya dari tulisan di buku. Tetapi bisa dengan kegiatan mencari huruf yang di tempel di ruang kelas. Intinya anak tidak pasif sebagai penerima materi.
"Untuk anak SD contohnya praktek langsung mengenai magnet. Misalnya penggaris besi digosok-gosokkan di rambut nanti bisa menarik potongan kertas kecil," papar Ajeng.
"Active learning mengajak anak belajar aktif. Anak sekarang kan terbiasa dengan gadget, tinggal klik saja. Jadi yang aktif gadget-nya, bukan anaknya," kata Ajeng dalam talkshow di Mother & Baby Fair, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dalam metode pembelajaran aktif, anak tidak hanya diajak membaca buku, tetapi juga mendengar topik pelajaran melalui cerita, melihat gambar atau video, kemudian anak tersebut ikut membahas materi hingga mempraktekkannya.
Lewat metode tersebut, anak tak hanya dipandang sebagai peserta didik yang menerima pelajaran, tetapi juga ikut terlibat aktif dalam memecahkan suatu masalah atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan diajak berdiskusi mengenai pembelajaran yang ia terima.
"Kalau enggak aktif, penyerapan informasinya bisa berkurang," lanjut Ajeng.
Ia menambahkan, umumnya anak kesulitan mengingat dan mengerti jika hanya mendengarkan guru di sekolah menjelaskan materi panjang lebar. Tetapi, jika disertai media visual, anak akan mulai bisa mengingat. Kemudian, jika ditambah pembahasan lebih lanjut oleh anak itu sendiri, mereka akan lebih mudah mengerti.
"Pembelajaran aktif bertujuan untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki anak," ujarnya.
Ajeng mengatakan, stimulasi aktif bisa dimulai sejak usia 1 tahun, yakni saat orangtua mengajari anak untuk belajar berbicara. Sementara di usia balita, anak diajak belajar memilah warna sambil bermain.
Dengan metode pembelajaran aktif, anak usia TK dapat diajak belajar mengenal huruf tidak hanya dari tulisan di buku. Tetapi bisa dengan kegiatan mencari huruf yang di tempel di ruang kelas. Intinya anak tidak pasif sebagai penerima materi.
"Untuk anak SD contohnya praktek langsung mengenai magnet. Misalnya penggaris besi digosok-gosokkan di rambut nanti bisa menarik potongan kertas kecil," papar Ajeng.
Agar Mata Tetap Sehat meski Sering Menatap Layar Komputer ..
Tak sedikit
perempuan usia produktif mengalami masalah pada indera penglihatannya
sehingga sering kali mengganggu aktivitas sehari-hari. Karena itu, bila
sudah muncul gejala masalah pada mata, sebaiknya tidak dianggap sepele.
Menurut dr Kantika Prinandita, SpM dari RS Hermina Bogor, ada beragam masalah pada mata yang sering dialami orang dewasa, terutama di usia produktif.
“Gangguan yang sering terjadi antara lain mata lelah (astenopia), Computer Vision Syndrome (CVS), gangguan refraksi dan mata kering (dry eye).”
Lalu, bagaimana cara menjaga kesehatan mata untuk usia produktif ini? Berikut beberapa hal yang penting diperhatikan:
1. Tidak melakukan pekerjaan dekat secara terus-menerus. Pada saat melakukan pekerjaan dekat, mata akan berakomodasi. Akomodasi pada mata yang terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan mata menjadi cepat lelah.
2. Sebaiknya setiap 30 menit melakukan pekerjaan dekat (seperti membaca, menjahit atau menatap layar monitor) diselingi dulu dengan aktivitas melihat jauh (lebih dari 6 m). Bisa diselingi dengan melihat ke pojok-pojok ruangan atau melihat keluar jendela.
Bisa juga diterapkan aturan 20-20, yaitu 20 menit menatap obyek dekat dan diselingi 20 detik beristirahat melihat obyek jauh dengan jarak lebih dari 6 meter.
Tidak perlu meninggalkan tempat duduk atau layar monitor, hanya memalingkan pandangan sejenak untuk mengistirahatkan mata dan untuk mencegah terjadinya gangguan pada mata.
3. Pada saat beristirahat mata (melihat ke obyek yang jauh), bisa dilakukan senam ringan untuk peregangan otot-otot bahu dan leher untuk mencegah terjadinya computer vision syndrome.
4. Pada saat sedang bekerja di depan monitor, maka secara tidak sadar refleks berkedip akan berkurang. Hal ini menyebabkan mata menjadi kering. Oleh karena itu, sebaiknya dibiasakan untuk berkedip secara teratur. Atau dapat juga menggunakan artificial tears untuk menghindari terjadinya mata kering.
5. Penggunaan layar komputer/laptop, menonton televisi atau bahkan gadget sebaiknya dibatasi maksimal 2 jam sehari.
6. Begitu pun jarak pandang mata ke ponsel atau gadget juga harus diperhatikan. Jarak yang baik antara mata dengan gadget adalah sekitar 30-40 cm. Usahakan juga agar posisi gadget lebih rendah dari posisi mata, yaitu membentuk sudut sekitar 15?.
7. Pencahayaan layar komputer/laptop/gadget sebaiknya tidak terlalu terang. Pasalnya, pencahayaan yang terlalu terang dapat mempercepat timbulnya mata lelah.
8. Pencahayaan ruangan juga harus diatur sedemikian rupa agar tidak terlalu kontras dengan pencahayaan dari layar laptop/komputer/gadget. Ruangan yang terlalu redup akan menyebabkan kontras yang berlebihan sehingga akan membuat mata menjadi tidak nyaman.
9. Pada saat anak sedang berkonsentrasi menggunakan laptop, refleks berkedip akan berkurang. Hal ini menyebabkan mata menjadi kering. Oleh karena itu, jangan lupa untuk berkedip secara teratur saat sedang menggunakan perangkat kerja Anda.
10. Apabila Anda menonton televisi usahakan tidak terlalu dekat dengan layarnya. Jarak yang baik untuk menonton televisi adalah sekitar 4-5x diagonal tv.
11. Tak kalah penting, hindari membaca sambil tiduran, hindari membaca di tempat gelap, istirahat yang cukup, serta rajin mengonsumsi sayur dan buah karena baik untuk kesehatan mata.
12. Senam mata cocok dilakukan pada penderita insufisiensi akomodasi, yaitu pada penderita yang memiliki kelainan akomodasi. Senam mata yang dilakukan dengan menggerak-gerakkan bola mata ini sebenarnya masih bersifat kontroversial.
13. Pemijatan pada daerah di sekitar mata juga dapat dilakukan untuk mengurangi mata lelah. Dengan memijat di daerah sekitar mata, aliran darah di sekitar mata akan menjadi lancar dan mata menjadi segar kembali.
(Hilman Hilmansyah)
Langganan:
Postingan (Atom)