Kalimat ini credo yang tidak pernah bosan saya teriakan: “Your CAREER is NOT your job.” Masih ingat dong? Karir, tidak seperti pekerjaan atau job – yang notabene milik perusahaan – adalah milik kita sendiri. We are the boss of our own career! Tidak ada yang pernah bisa memecat kita dari karir kita sendiri. Job lebih banyak bicara soal obyektif perusahaan, job description, lingkungan kerja dan kompensasi. Sebaliknya, karir mengungkap urusan passion, tujuan hidup individu, kepuasan dan happiness.
Mirror, mirror on the wall...
Cara pandang atas karir dan segala pilihan karir yang kita tempuh adalah refleksi atas karir yang dijalani. Bagi yang menggunakan ukuran karir berupa rupiah yang masuk ke rekening setiap akhir bulan, maka refleksi karirnya adalah... UANG. Sejalan dengan itu, apabila uang yang masuk jumlahnya “kurang” (dalam tanda petik yang tegas) atau tidak sesuai dengan ekspektasi, maka kelompok ini akan berpendapat karir mereka stagnan alias mandeg. Kepindahan kerja, bagi kelompok ini, ditentukan oleh prosentase kenaikan gaji yang diterima. Pindah kerja untuk gaji yang lebih rendah adalah haram hukumnya.
Money talk is never easy, banyak orang sulit terbuka membahasnya. Dalam kapasitas sebagai pemburu eksekutif, saya banyak berjumpa rekan professional yang mengutarakan ingin pindah kerja untuk mencari challenge. “Saya mencari tantangan lebih besar, atau tantangan baru”, demikian kata mereka. Ujungnya kata “tantangan” hampir sinonim dengan “more money.” Akan lebih baik apabila mereka bilang apa adanya ☺
Ada juga yang melihat ukuran karir dari atribut yang dipakai. Atribut disini bisa berupa jabatan, pangkat, gelar akademis, keanggotaan suatu asosiasi dan seterusnya. Kelompok ini lazimnya akan sangat sadar atas jenjang kepangkatan yang mereka sandang. Dalam banyak kesempatan saya bertemu rekan-rekan yang berkata dengan lantang, “Saya sekarang manager, dan tahun depan harus jadi AVP, untuk kemudian jadi VP dalam waktu 5 – 7 tahun.” Refleksi karir: jenjang kepangkatan. Kalau title yang ditawarkan tidak sesuai dengan strata yang diharapkan maka orang jenis ini akan cenderung melihatnya sebagai penurunan karir dan sebaliknya. Sounds familiar?
Life is meant for living.
Apakah ada salah dengan uang dan jabatan? Sama sekali tidak. Refleksi atas karir adalah pilihan anda. Sebagaimana sebuah pilihan tentunya punya konsekuensi masing-masing. Pilihan atas uang sebagai refleksi karir akan menjadikan uang sebagai sentral kehidupan. “Kenikmatan” melihat tumbuhnya angka di tabungan, bertambahnya properti dan asset memang lazim. Namun apakah uang sama dengan kebahagiaan? Seringkali hal-hal yang paling menyenangkan hanya perlu sedikit uang. How much do you have to pay to fall in love with someone? Kapan terakhir kali melihat matahari terbit? Berapa sering anda do nothing and just enjoy for being alive?
Opsi atas atribut akan mendudukan pangkat/jabatan pada tempat yang paling sacred dalam hidup kita. Sayangnya, atribut, apapun itu, bukan milik kita dan bersifat sementara. Jabatan publik sangat tergantung pada pilihan para konstituen. Posisi eksekutif puncak pada perusahaan besar seringkali berganti orang setiap 2 – 3 tahun. Gelar akademis hanya akan terasa sejalan dengan manfaat yang kita berikan pada lingkungan. Do you see my point?
You don’t know what you have got until you lose it...
Saya sendiri paling senang (dan bangga) kepada mereka yang merefleksikan karir berdasarkan level of happiness dan fulfillment. Pertanyaan paling relevan buat kelompok ini dalam bekerja adalah, am I happy here? Will I be able to fulfill my dreams? What have I contributed to my surroundings, the society and the universe?
Happiness (alias kebahagiaan) dan kepuasan (atau fulfillment) memang bukan denominasi karir yang paling mudah. Terlebih kalau harus dibandingkan dengan uang - yang sangat terukur. Namun tidak ada salahnya untuk mencoba. Ya kan? Lupakan sejenak ego, ownership, status, atribut dan lambang-lambang kemegahan lain yang terasa penting apabila ada orang lain. Apakah hal-hal tersebut akan tetap sepenting itu apabila anda sendiri?
If you take the attitude that you have you need to make you happy, you will be happy! Happy is here and now.
Saat membaca artikel ini coba tanya pada diri sendiri apakah saya happy? Do you feel happy? When was the last time I felt happy? Sekalian juga tanyakan apakah anda puas dengan apa yang telah dicapai? Puas dengan apa yang telah di kontribusikan? Puas dengan pemanfaatan talent, waktu dan energy yang kita miliki?
Simpan sendiri jawaban yang paling jujur dan coba bergerak dari sana. Semakin jujur jawaban anda, semakin jelas refleksi karir yang akan diperoleh. Semakin dekat juga jarak antara anda dengan passion dan purpose of life.
An Article for CLEAR Magazine by Rene Suhardono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar