.. .. .. kegagalan pola asuh yang secara turun-temurun diterapkan tanpa penyesuaian zaman dan diperoleh dari generasi kakek-nenek bahkan nenek moyang. Banyak orang tua yang masih menerapkan pola asuh yang diadaptasi dari orang tua mereka dulu secara total atau 100% sama tanpa modifikasi atau adaptasi apapun.
Dengan perkataan lain, pola asuh yang diterapkan orang tua pada anak adalah cerminan pola asuh yang diterima oleh mereka dari oarng tua (kakek-nenek) terdahulu, dimana kekurangan/kelemahan metode pola asuh yang diterapkan oleh kakek-nenek dahulu tidak dipebaiki, namun justru diperparah dengan kondisi orang tua sekarang yang cenderung terjebak dalam berbagai fenomena kehidupan yang lebih berorientasi pada dunia pekerjaan, bukan keluarga. Misalnya : fenomena "orang tua bekerja", fenomena "mbak pengasuh sebagai teman anak", fenomena "anak semakin kritis, sementara orang tua tidak kreatif", fenomena "pemahaman komunikasi orang tua yang dangkal", serta fenomena "memanjakan anak sebagai kompensasi dari rasa bersalah orang tua bekerja".
Dengan demikian terciptalah kombinasi antara pola asuh konservatif yang cenderung otoriter, tidak empatis, kurang komunikatif, dengan pola asuh permisif tidak logis, irasional, dan berlebihan dalam mencurahkan "kasih sayang". Kombinasi ini muncul dalam sikap pengasuhan orang tua yang pada satu sisi menuntut kepatuhan tanpa disertai rasionalisasi dan cenderung memaksakan kehendak pada anak, sementara disisi lain orang tua membiarkan anak memiliki kebebasan tanpa adanya disiplin sama sekali. ( Hurlock, 1992 )
Tentunya semua itu menjadi bentuk pola asuh yang tidak konsisten dan sangat tidak kondusif .. .. ..
** disadur dari hal. x - xi sebagai Kata Pengantar dari Tika Bisono, MPsiT, Psi. untuk buku Karya Novita Tandry dengan judul .. "Bad Behaviour, Tantrums, and Tempers".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar