Sebagai manusia, Rasulullah SAW juga memiliki kebutuhan untuk makan
dan minum. Bedanya, Nabi SAW punya ca ra makan yang berlandaskan tun tun
an dari Allah SWT. Gaya hidup Rasulullah ini lazim diikuti kaum
Muslimin dari masa sahabat hingga kini. "Wahai para rasul, makanlah dari
(makanan) yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha
Menge tahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Mukminun: 51).
Nabi tidak pernah mencela makan an. Ditukil dari Syarah Shahih al-Bu
khari yang ditulis Syekh Muhammad bin Shalih al- Utsmaini, Rasulullah
akan menyantap makanan jika dia berselera. Jika tidak suka, dia
meninggalkannya. Nabi pun kerap memuliakan makanan. Pada satu hadis
lainnya yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi membandingkan beberapa macam
buah dengan membaca Alquran.
Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah
turu jjah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan se orang
mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah kurma yang tak
beraroma dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca
Alquran adalah seperti bunga raihanah yang aromanya wangi dan ra sa nya
pahit. Sementara, perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Alquran
adalah seperti buah hanzhalah yang aromanya busuk dan rasanya pahit.
Nabi mengajarkan kepada kita un tuk membaca basmalah dan menggunakan
tangan kanan. Tak hanya itu, Na bi mencontoh kan agar memakan ma kan an
yang paling dekat saat makan bersama dengan nampan. Ini sesuai de ngan
apa yang diajarkan kepada Umar bin Abu Salamah.
"Semasa kecil aku diasuh oleh Rasulullah SAW (pada saat makan
bersama) tanganku bergerak ke sana kemari di atas nampan. Maka, be liau
bersabda kepadaku, "Wahai anak ku, bacalah basmalah, makanlah dengan
tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu."
Saat makan bersama dalam nam pan, Anas bin Malik seperti ditukil da
lam HR Muslim mengatakan, Nabi SAW mencaricari labu di sekeliling
nampan. Imam Bukhari memaknai hadis ini, yakni seseorang bisa mencari
makanan yang disukainya saat makan bersama di nampan jika tidak membuat
temannya marah. Selain itu, menurut al-Bu khari, makanan tersebut
jenisnya bermacam-macam.
Ketika makan daging, Nabi SAW memotong daging bagian punggung kambing
yang dipegang dengan pisau. Syekh Utsmaini menjelaskan, Nabi SAW
menggunakan pisau untuk memotong daging karena daging itu terlalu keras.
Dia tak bisa lang sung menggigit. Hadis ini kadang terlihat
kontradiktif dengan hadis larangan memotong daging dengan pisau untuk
makan.
Syekh Utsmani pun mengungkapkan, hal tersebut bergantung pada tuju an
saat ma kan. Jika hendak bermewah-mewahan atau merasa jijik tangannya
tersentuh daging, penggunaan pisau itu tidak boleh dan dilarang. Adapun
jika pisau itu dibutuhkan untuk memotong daging yang keras maka
dibolehkan karena Nabi SAW pun melakukannya. Jika tidak butuh pisau,
lebih baik jika mengambil dengan tangan, menggigitnya dan menggerogoti
gigi sendiri.
Hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas RA menjelaskan, "Rasulullah SAW
menggerogoti daging yang ada di tulang punggung, kemudian setelah itu
beliau bangkit dan shalat tanpa berwudhu lagi." Nabi SAW pun mengajarkan
kepada kita untuk tak berlebihan saat makan. Rasulullah menganalogikan
hal ini dengan ungkapan jika orang mukmin makan dalam satu usus
sementara orang kafir dalam tujuh usus. Ulama berbeda pendapat dengan
hadis yang juga diriwayatkan Imam Muslim ini.
Syekh Utsmani menjelaskan, setidaknya ada tiga pendapat berbeda
mengenai masalah ini. Pertama, hadis ini bermakna metaforik. Nabi hendak
menunjuk karakter muk min sejati yang tidak rakus harta dunia. Seorang
mukmin hanya sedikit mengambil harta dunia digambarkan memakan hanya
dalam upaya memenuhi satu usus. Sementara, orang kafir yang serakah
digambarkan akan memenuhi tujuh ususnya.
Pendapat kedua, orang mukmin memakan makanan halal, sedangkan orang
kafir memakan makanan haram. Makanan halal sangat sedikit jika di ban
ding dengan makan an haram. Se men tara, pendapat ketiga menjelaskan,
hadis itu lebih pada upaya penyadaran dan dorongan untuk orang mukmin
agar sedikit makan, mengingat banyak ma kan adalah karakter orang kafir.
"Dan orang-orang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan
seperti hewan makan." (QS Muhammad: 12).
Nabi SAW pun melarang kita untuk makan dengan piring-piring emas dan
perak. Menurut Hudzaifah RA, Rasu lullah SAW mengatakan jika
piring-piring itu untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk umat
Islam di akhirat. Dalam hadis lain, Nabi SAW pun mengancam orangorang
yang meminum dengan bejana perak seakan api neraka jahanam dituangkan di
dalam perutnya.
Syekh Utsmani menjelaskan, hikmah dari hadis tersebut adalah makan
dan minum dengan bejana emas dan perak dapat menjadikan hati manusia
sombong dan congkak. Jika mereka terjangkit penyakit ini, dia diharamkan
masuk ke dalam surga.
Setelah selesai makan, Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk
menjilati tangan hingga bersih. Dari Ka'ab bin Malik dari bapaknya
beliau mengatakan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam itu makan
dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum
dibersihkan. (HR Muslim No 2032 dan lainnya)
Lantas, Nabi SAW berdoa,"Segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, indah dan penuh berkah seraya tidak merasa cukup dengan
selain-Mu, tidak pula mengingkari nikmat-nikmat Mu dan tidak juga merasa
tidak butuh dengan karunia Mu, wahai Rabb-ku." Wallahu a'lam.